Kamis, 03 November 2011

teori perilaku


BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan atau pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya atau pengikutnya agar pengikut atau bawahannya tersebut mau melaksanakan segala sesuatu menurut kehendaknya. Teori kepemimpinan terdiri dari beberapa macam salah satu diantaranya yaitu teori perilaku. Dimana teori perilaku ini merupakan gaya kepemimpinan dalam mengimplemntasikan fungsi-fungsi kepemimpinan untuk mencapai tujuannya.teori perilaku ini dibagi atas dua yaitu teori X dan teori Y. pertentangan antara kedua teori ini, menurut Blanken dan Mounton hanya dapat diselesaikan dengan kepemimpinan kombinasi antara orientasi pada tugas (Teori X) dengan orientasi (Teori Y) pada anggota organisasi (karyawan/bawahan).

B.                 TUJUAN PENULISAN
·                    Memenuhi tugas mata kuliah pengantar kepemimpinan
·                    Menjelaskan pengertian tentang teori perilaku
·                    Menjelaskan studi kepemimpinan uneversitas IOWA






BAB II
PEMBAHASAN
TEORI PERILAKU (BEHAVIOR THEORIES)
A.                TEORI PERILAKU
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.
Teori perilaku adalah gaya kepemimpinan dalam mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinan, yang menurut teori ini sangat besar pengaruhnya dan bersifat sangat menentukan  dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Pendekatan teori perilaku melalui gaya kepemimpinan dalam realisasi fungsi-fungsi kepemimpinan, merupakan strategi kepemimpinan yang memiliki dua orientasi, yang terdiri dari orientasi pada tugas, dan orientasi pada orang/bawahan.
1.                  Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Lebih lanjut menurut asumís teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :
1.   Tidak menyukai bekerja
2.        Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai diarahkan atau diperintah
3.  Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah organisasi.
4.   Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5.  Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan organisasi..
Untuk menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori Y.
2.                  Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

           Ini adalah salah satu teori kepemimpinan yang masih banyak penganutnya. Menurut McGregor, organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan keputusan, terumuskan dalam dua model yang dinamakan Teori X dan Teori Y.
Teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara keseluruhan asumís teori Y mengenai manusia adalah sbb :
1.             Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
2.     Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam    rangka  mencapai     tujuan-tujuan organisasi.
3.     Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
4.      Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5.   Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.
B.                Studi kepemimpinan Universitas IOWA
1.             Kepemimpinan gaya otoriter / authoritarian ( Agarwal )
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
2.             Kepemimpinan gaya demokratis / democratic ( Herbert G. Hiks dan Ray  C. Gullett )
Adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
3.                  Kepemimpinan gaya liberal / Laissez Faire ( C. G. Brown )
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Menurut Thoha (2003, h.275) usaha untuk mempelajari kepemimpinan di Universitas Iowa diminta memainkan tiga style kepemimpinan, yakni : otokratis, demokratis, dan semuanya sendiri (laissez faire).
Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu memberikan pengarahan, dan tidak memberikan kesempatan timbulnya partisipasi. Kepemimpinan seperti ini cenderung memberikan perhatian individual ketika memberikan pujian dan kritik, tetapi berusaha untuk lebih bersikap impersonal dan berkawan dibandingkan dengan bermusuhan secara terbuka.
Pemimpin yang demokratis mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Pemimpin ini mencoba untuk bersikap “obyektif” di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan kelompok dalam hal memberikan spirit.
Adapun pemimpin semaunya sendiri (laissez faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok. Pemimpin semacam ini pada hakikatnya tidak memberikan contoh-contoh kepemimpinan.
Dengan melakukan eksperimen atau menciptakan suatu kondisi eksperimen, Tiga gaya kepemimpinan tesebut dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga mampu menunjukkan pengaruhnya terhadap variable-variabel seperti kepuasan dan prestasi agresi. Sayangnya penelitian Iowa ini tidak mengungkapkan pengaruh langsung dari gaya kepemimpinan tersebut pada produktivitas. Eksperimen secara pokok hanya dirancang untuk mengamati pola perilaku yang agresif. Namun demikian, suatu hasil yang penting dan yang terlihat ialah dicapainya suatu perilaku kelompok yang produktif.










BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN : 
Teori perilaku sangat besar pengaruhnya dan bersifat sangat menentukan dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Teori  perilaku dalam kepemimpinan dikenal teori x dan teori y. dimana teori x pada hakikatnya manusia itu memiliki perilaku pemalas, penakut, dan tidak bertanggung jawab sebaliknya teori y pada dasarnya manusia itu memiliki perilaku bertanggung jawab, motivasi kerja, kreatifitas, dan inisiatif serta mampu mengawasi pekerjaan dan hidupnya sendiri. Kepemimpinan yang efektif adalah yang demokratis, kepemimpinan tersebut harus dijalankan dengan mengikutsertakan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan, banyak melimpahkan wewenang, pengawasan yang longgar.

B.                SARAN :
Kami menghimbau kepada pelajar khususnya teman-teman sekalian agar kiranya memberikan saran dan kritik dan apabila ada kesalahan yang disengaja dari isi makalah ini tolong dimaklumi, karena setiap manusia mempunyai kekurangan dan kesalahan yang tidak disadari.






DAFTAR PUSTAKA

http://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/21189/1/Pengaruh-Gaya-Kepemimpinan-Situasional-Terhadap-Produktivitas-Kerja-%28-Studi-pada-karyawan-PT-Kertas-Leces-Persero-Probolinggo%29..pdf

http://elib.ub.ac.id/bitstream/123456789/21189/1/Pengaruh-Gaya-Kepemimpinan-Situasional-Terhadap-Produktivitas-Kerja-%28-Studi-pada-karyawan-PT-Kertas-Leces-Persero-Probolinggo%29..pdf


Mengenai Saya

Foto saya
saya lucu,imoet,dan eksiss